Monday, December 12, 2016

aprillia_reni, lihat kiriman baru dari siyah021, mifhuss_845, _kai_spams dan banyak lagi

 
Lihat apa yang Anda lewatkan dari orang-orang yang Anda ikuti di Instagram.
Dapatkan Instagram
   
 
siyah021
+ IKUTI
 
   
   Tampilkan foto ini di Instagram.   
 
   

Saran Instagram

16 suka

   
 
   
 
mifhuss_845
+ IKUTI
 
   
   Tampilkan foto ini di Instagram.   
 
   

Saran Instagram

6 suka

   
 
   
 
_kai_spams
+ IKUTI
 
   
   Tampilkan foto ini di Instagram.   
 
   

Saran Instagram

6 suka

_kai_spams Lagi breakfast😍

   
 
   
 
kitapunyakelas_8g
+ IKUTI
 
   
   Tampilkan foto ini di Instagram.   
 
   

Saran Instagram

8 suka

   
 
   
 
risnanh29
+ IKUTI
 
   
   Tampilkan foto ini di Instagram.   
 
   

Saran Instagram

9 suka

risnanh29 Go Follow!!! @risnanh17 @_risnanh17

   
 
   
 
felicespamz
+ IKUTI
 
   
   Tampilkan foto ini di Instagram.   
 
   

Saran Instagram

8 suka

felicespamz Yeayy

   
 
   
 
aqmal_012
+ IKUTI
 
   
   Tampilkan foto ini di Instagram.   
 
   

Saran Instagram

2 suka

   
 
   
 
waroengtantea
+ IKUTI
 
   
   Tampilkan foto ini di Instagram.   
 
   

Saran Instagram

3 suka

waroengtantea Tunggu d jemput mama....

   
 
   
 
rahmat_daniii
+ IKUTI
 
   
   Tampilkan foto ini di Instagram.   
 
   

Saran Instagram

15 suka

   
 
   
 
auwfiyya_
+ IKUTI
 
   
   Tampilkan foto ini di Instagram.   
 
   

Saran Instagram

13 suka

auwfiyya_ 💘

   
 
   
Lihat lebih banyak di Instagram
   
 
   
© Instagram, 1 Hacker Way, Menlo Park, CA 94022
Pesan ini dikirimkan ke reniaprillia@gmail.com dan ditujukan untuk aprillia_reni. Instagram mengirim pembaruan seperti ini untuk membantu Anda mendapatkan info terbaru di Instagram. Anda dapat berhenti berlangganan pembaruan ini, atau menghapus email Anda jika ini bukan akun Instagram Anda. Berhenti berlangganan atau hapus email Anda dari akun ini.
   
 

Monday, December 5, 2016

Selamat datang di Instagram, aprillia_reni! Harap konfirmasi email Anda.

 
   
 
   

Selamat datang di Instagram, aprillia_reni

Pertama-tama, konfirmasi alamat email Anda. Jika Anda pernah tidak bisa masuk ke akun Anda, maka ini akan membantu Anda untuk bisa masuk kembali.

 
Konfirmasi alamat email Anda
 
   
 
   
   
 
   

Pilih Apa yang Anda Lihat

Dengan mengikuti seseorang, maka Anda akan melihat foto dan video yang mereka kirim. Semakin banyak akun yang Anda ikuti, maka akan semakin banyak hal hebat yang Anda lihat di kabar. Ikuti teman atau orang yang memiliki minat yang sama.

 
Temukan Orang untuk Diikuti
 
   
 
   
   
 
   

Ekspresikan Dirimu

Bagikan sudut pandang Anda dengan cara menangkap dan membagikan foto dan video dari keseharian Anda, baik jika ini adalah rutinitas pagi Anda atau perjalanan sekali dalam seumur hidup Anda. Filter gratis dan peralatan Instagram memudahkan Anda untuk mengekspresikan diri Anda dalam cara baru.

 
Buka Instagram
 
   
 
   
   
 
   

Jelajahi minat Anda

Kunjungi tab Jelajah untuk menemukan foto dan video dari akun yang belum Anda ikuti. Kami akan menampilkan kiriman yang mungkin Anda sukai, berdasarkan minat dan aktivitas Anda di Instagram. Anda juga dapat menemukan akun baru untuk diikuti, sehingga Anda akan melihat kirimannya di kabar Anda.

 
Kunjungi Jelajah
 
   
 
   
   

Dengan mengeklik salah satu tautan di atas akan mengonfirmasi reniaprillia@gmail.com di Instagram.

   
 
   
© Instagram, 1 Hacker Way, Menlo Park, CA 94022
Pesan ini dikirimkan ke reniaprillia@gmail.com dan ditujukan untuk aprillia_reni. Instagram mengirim pembaruan seperti ini untuk membantu Anda mendapatkan info terbaru di Instagram. Anda dapat berhenti berlangganan pembaruan ini, atau menghapus email Anda jika ini bukan akun Instagram Anda. Berhenti berlangganan atau hapus email Anda dari akun ini.
   
 

Sunday, October 23, 2016

Friday, March 25, 2016

tugas

                                   KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Dampak Sosial Ekonomi Pedagang Koran Eceran Terhadap Pengembangan Kota Pekanbaru" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
            Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pendidikan Ekonomi dengan judul "Dampak Sosial Ekonomi Pedagang Korang Eceran Terhadap Pengembangan Kota Pekanbaru". Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
      
     Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      i

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..............                        i

DAFTAR ISI …………………………………………………………….…            ............            ii

 

BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………………...                       1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………….............            1

1.2 Perumusan masalah ..................................................................................            1

1.3 Tujuan …………………………………………………………..............            1

 

BAB II : PEMBAHASAN …………………………………………………………                       2

2.1 Pengertian (Pedagang KoranEceran)……………………………............            2

      2.1.1 Sektor Inforaml ………………………………...............................            2

      2.1.2 Hubungan sektor informal dengan sektor formal ………………...            3

      2.1.3 Sektor Informal Pedagang Koran (PKE) …………………………            3

2.2 Sejarah Pedagang Koran Eceran(PKE) …………………………….......                       

2.3 Dampak yang Ditimbulkan dengan Adanya Pedagang Eceran ...............           

      2.3.1 Dampak Positif …...........................................................................                        10

      2.3.2 Dampak Negatif ……………………………..................................           10.

 

KESIMPULAN ……………………………………………………………..............           13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….................          14

 

 

 

 

 

 

 

                                         ii

 

Dampak sosial ekonomi pedagang koran eceran terhadap pengembangan kota pekanbaru

 

                                                                        BAB I

                                                                   Pendahuluan

 

1.1. Latar Belakang

            Pertumbuhan kota-kota di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kehadiran sektor informal, yang secara integral telah merasuk dalam setiap kegiatan kehidupan perkotaan. Keberadaan sektor informal tidak dapat dilepaskan dari proses pembangunan, dimana ketidakseimbangan pembangunan desa dan kota, menarik arus urbanisasi ke kota. Hal ini meyebabkan pertumbuhan jumlah angkatan kerja yang tidak sejalan dengan ketersediaan lapangan kerja. Dalam situasi inilah para pencari kerja lari ke sektor informal dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu usaha sektor informal adalah pedagang koran eceran.

             Dalam perkembangannya Pedagang koran eceran menghadapkan pemerintah pada kondisi yang dilematis, disatu sisi keberadaannya dapat menciptakan lapangan kerja, sedangkan dilain pihak keberadaan Pedagang koran eceran yang tidak diperhitungkan dalam perencanaan tata ruang telah menjadi beban bagi kota. Pedagang koran eceran beraktivitas pada ruang-ruang publik kota tanpa mengindahkan kepentingan umum, sehingga terjadinya distorsi fungsi dari ruang tersebut. Pada akhirnya kesesuaian tatanan fisik masa dan ruang kota dalam menciptakan keserasian lingkungan kota sering kali tidak sejalan dengan apa yang telah direncanakan. Pedagang koran ecerantelah memberikan dampak negatif terhadap tatanan kota, sedangkan terhadap masyarakat keberadaan Pedagang koran eceran

selain memberikan dampak negatif juga memberikan manfaat/dampak positif terhadap masyarakat.


1.2
. Perumusan Masalah

Dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Pengertian Pedagang Koran eceran

2. Sejarah Pedagang Koran eceran

3. Dampak positif dan dampak negatif dengan munculnya pedagang koran eceran

 

 

 

1.3 .Tujuan

Dalam pembuatan makalah ini terdapat beberapa tujuan, yaitu:

1. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Sektor Ekonomi Informal

2. Memberikan wawasan kepada mahasiswa dalam mengkaji keberadaan Pedagang koran eceran

3. Menjelaskan berapa pentingnya peranan Pedagang koran eceran terhadap sektor informal

 

 

 

1

BAB II

PEMBAHASAN


2.
1.  Pengertian (Pedagang koran eceran)

Pedagang koran eceran merupakan seseorang yang menjual suatu informasi melalui media cetak produk komoditas lansung ke konsumen secara sedikit demi sedikit atau satuan yang berada di pingggiran jalan .

 

2.1.1. Sektor Informal

Menurut Lukman Sutrisno (1997) secara teoritis sektor informal sudah ada sejak manusia berada di dunia. Fenomena ini terlihat dari kemampuan manusia untuk mencukupi kebutuhan sendiri melalui kerja mandiri tanpa bergantung pada orang lain. Manusia pada awalnya menunjang kehidupannya melalui lapangan kerja yang diciptakan sendiri dan dikerjakan sendiri atau self-employed. Dengan demikian pada saat itu self employed merupakan organisasi produksi yang formal. Kemampuan kerja mandiri tersebut kemudian berubah setelah masuk pengaruh budaya industri dari negara Barat. Ada dua sebab yang mendorong self-employed yang semula merupakan organisasi produksi yang formal menjadi apa yang disebut sekarang sebagai "sektor informal". Pertama, setelah revolusi industri terjadi maka berkembang cara produksi yang lebih terorganisir. Kedua, munculnya negara dan pemerintahan yang mengatur kehidupan manusia yang semakin kompleks memberikan peluang bagi warga negara untuk menjadi birokrat, pegawai negri, polisi, dan tentara. Mereka inilah yang kemudian menjadi buruh dari negara atau pemerintahan. Perkembangan selanjutnya dari para pegawai tersebut dikelompokan menjadi sektor formal dalam jenis pekerjaan.

Sektor informal yang lahirnya tidak dikehendaki dalam konteks pembangunan ekonomi, karena dianggap merupakan produk sampingan dari pembangunan sektor formal, mempunyai sifat-sifat yang memang bertentangan dengan sektor formal. Sifat-sifat sektor informal yang mencerminkan adanya pertentangan dengan sektor formal tersebut antara lain: a). Dari sisi pemasaran, transaksi tawar menawar diluar sistem hukum formal dengan afinitas sosial budaya lebih menonjol, b) Perilaku sosial pelaku berhubungan erat dengan kampung dan daerah asal, c) Merupakan kegiatan illegal sehingga selalu terancam penertiban, d) Pendapatan para pelaku ekonomi sektor ini syah tetapi disembunyikan disebut black economy atau underground ekonomi, e) Secara umum dipandang melakukan peran periferal dalam ekonomi kota dan beraneka ragam kegiatan, f) Dalam menjalankan usaha terjadi persaingan ketat diantara para pelaku ekonomi di sektor ini, g) Kebanyakan berusaha sendiri, tidak terorganisir, keuntungan kecil, h) Kegiatan ekonomi di sektor informal tumbuh dari rakyat miskin dikerjakan oleh rakyat miskin, dan sebagian konsumennya adalah rakyat miskin.

Terlepas dari semua definisi atau ciri-ciri tersebut diatas keberadaan sektor informal sudah menjadi sebuah realitas sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat. Hal ini berarti bahwa mengabaikan keberadaanya justru akan mempersulit kita dalam memecahkan persoalan-persoalan ekonomi yang sedang dihadapi oleh masyarakat itu sendiri. Keberadaanya yang banyak menjadi harapan rakyat klas bawah sebagai lahan mencari nafkah merupakan tantangan bagi pemerintah untuk menjadikan sektor ini sebagai bagian dari sistem perekonomian nasional.

Perkembangan sektor informal di perkotaan tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk yang cepat di daerah perkotaan tersebut. Urbanisasi merupakan salah satu penyebab dari berbagai sebab semakin berkembang sektor informal di perkotaan. Paling tidak terdapat dua alasan utama yang dapat menjelaskan terjadinya peningkatan jumlah pekerja sektor informal di negara-negara berkembang. Alasan pertama, dikemukakan oleh Prebish (1978, 1981) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang

 

                                                                                                                                                                                                                        2                                                                                 

tidak seimbang antara daerah perkotaan dan perdesaan menyebabkan terjadinya "urbanisasi yang prematur" (prematur urbanization) dan "deformasi struktural" (structural deformation) dalam ekonomi (dalam Sasono, 1980). Alasan kedua yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya peningkatan jumlah pekerja disektor informal di negara-negara sedang berkembang adalah tesis yang dikemukakan oleh Tokman (1982) yaitu berpangkal pada adanya perbedaan produktifitas yang menyolok antar sektor dan intra sektor yang telah mengakibatkan terjadinya "keragaman struktural" (structural heterogenity).

 

2.1.2. Hubungan Sektor Informal dengan Sektor Formal

Hubungan antara sektor informal dan sektor formal nampaknya sulit untuk dipisahkan. Keduanya merupakan sektor ekonomi yang saling mengisi ketika salah satunya tidak dapat memenuhi kebutuhan akan meluapnya tenaga kerja. Kondisi tersebut dapat disebabkan karena secara ekonomi sektor informal memang tidak mampu lagi menampung tenaga kerja yang ada, tetapi juga karena persoalan-persoalan sosial yang menyebabkan bangkrutnya sektor formal. Luapan tenaga kerja tersebut pada akhirnya ditampung oleh sektor non formal.

Gambaran hubungan yang erat antara sektor formal dan informal tersebut oleh para ahli ekonomi dilihat dari dua segi pandangan. Pertama, bahwa keberadaan dan kelangsungan perluasan sektor informal diterima sebagai fase yang harus ada dalam proses pembagunan. Dampak dari pembangunan harus melewati fase tersebut dimana sektor formal pada fase tertentu tidak mampu untuk menampung semua tenaga kerja yang ada. Oleh karena itu fungsi sektor informal adalah sebagai penyangga (buffer zone)Sektor informal dipandang sebagai wadah persemaian benih-benih kewiraswastaan yang diperlukan dalam mendorong munculnya kelompok pengusaha pribumi yang sangat diperlukan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kota-kota di negara-negara berkembang (Mc Gee, 1973; Mazumbar, 1976; Sethuraman, 1985 dalam Effendi, 1996). Dalam artian yang demikian maka sektor informal merupakan gejala yang positip bagi perkembangan ekonomi kota. Melalui sektor tersebut diharapkan para migran dapat ditempa kemampuan berwiraswasta sehingga pada akhirnya mereka mampu memasuki sektor formal. Sebagai sebuah fase dalam proses pembangunan maka keberadaan sektor ini tentu harus dicarikan jalan keluar pemecahanya.

Pandangan kedua melihat hubungan antara sektor informal dengan formal sebagai hubungan ketimpangan struktural. Artinya strategi pembangunan yang salah menyebabkan ketimpangan struktural yang menimbulkan dua kegiatan ekonomi tersebut. Pembenahan dalam hal ketimpangan struktural tersebut akan dapat menghilangkan sektor informal. Pandangan yang terkahir ini nampaknya merupakan pandangan yang tidak melihat kenyataan bahwa di negara manapun dalam kenyataanya sektor informal tetap ada, meskipun ketimpangan struktural tidak terjadi. Oleh karena itu persoalan yang perlu dipecahkan adalah bagaimana agar sektor informal menjadi kegiatan ekonomi yang tidak mengganggu atau menimbulkan masalah-masalah sosial lainnya.

 

2.1.3. Sektor Informal Pedagang Koran Eceran (PKE)

Sektor informal dapat dikelompokkan dalam tiga golongan: a). Pekerja yang menjalankan sendiri modalnya yang sangat kecil (PKE), Pedagang asongan, pedagang pasar, pedagang keliling, etc), b) Pekerja informal yang bekerja pada orang lain. Golongan ini termasuk buruh upahan yang bekerja pada pengusaha kecil atau pada suatu keluarga dengan perjanjian lisan dengan upah bulanan atau harian (PRT, Buruh bangunan), c) Pemilik usaha yang sangat kecil (pemilik kios kecil). Sedangkan menurut Mustafa (2005:59) jenis-jenis kegiatan ekonomi yang dapat dikategorikan sebagai sektor informal antara lain: pedagang kecil, penjaja, pedagang koran eceran, buruh kasar harian

Pedagang koran eceran merupakan bagian dari sektor informal kota yang mengembangkan aktifitas produksi barang dan jasa di luar kontrol pemerintah dan tidak terdaftar (Evers dan Korf, 2002:234). Istilah pedagang koran eceran atau disingkat PKE sering ditafsirkan seseorang yang menjualkan sebuah informasi melalui media cetak yang berada di dipinggiran jalan .Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalan kaki. Lebar ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter. Para pedagang yang menempati sarana untuk pejalan tersebut kemudian disebut sebagai pedagang koran eceran Saat ini istilah Penjual koran eceran digunakan secara lebih luas, tidak hanya untuk para pedagang yang berjualan/berada di badan jalan raya atau(trotoar) saja tetapi juga digunakan untuk para pedagang yang berjualan di jalanan pada umumnya.

Menurut Peraturan Daerah Kota Pekanbaru nomor 11 tahun 2005 tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat bab 1, pasal 1 menyebutkan bahwa pedagang koran eceran adalah orang atau perorangan yang dalam usahanya menggunakan sarana dan prasarana atau perlengkapan yang mudah dibongkar pasang baik yang menetap maupun tidak, yang menggunakan sebagian atau seluruhnya tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukan bagi tempat usaha/berjualan. Seperti halnya pengertian sektor informal yang oleh kebanyakan para ahli dipahami atau dijelaskan melalui ciri-ciri atau karakteristiknya, pengertian pedagang koran eceran juga akan lebih mudah dipahami melalui penggambaran ciri-ciri atau karakteristiknya.

Beberapa karakteristik khas pedagang koran eceran dikemukakan oleh Bagong Suyanto dkk. adalah pertama, pola persebaran kaki lima umumnya mendekati pusat keramaian dan tanpa ijin menduduki zona-zona yang semestinya menjadi milik publik (depriving public zoning). Kedua, para pedagang kaki lima umumnya memiliki daya resistensi sosial yang sangat lentur terhadap berbagai tekanan dan kegiatan penertiban, Ketiga, sebagai sebuah kegiatan usaha, pedagang koran eceran umumnya memiliki mekanisme involutif penyerapan tenaga kerja yang sangat longgar. Keempat sebagian besar pedagang koran eceran adalah kaum migran, dan proses adaptasi serta eksistensi mereka didukung oleh bentuk-bentuk hubungan patronase yang didasarkan pada ikatan faktor kesamaan daerah asal (locality sentiment). Kelima, para pedagang kaki lima rata-rata tidak memiliki ketrampilan dan keahlian alternatif untuk mengembangkan kegiatan usaha baru luar sektor informal kota (Suyanto, 2005: 47-48).

Penjelasan berdasarkan ciri-ciri yang melekat pada pedagang koran eceran nampaknya menjadi alternative yang dapat digunakan untuk memahami keberadaan pedagang koran eceran dalam usaha untuk melakukan pembinaan dan penataanya. Apa yang dikemukakan oleh Kartono dkk berdasarkan hasil penelitianya di Bandung, dalam menjelaskan ciri-ciri pedagang kaki lima dapat berguna membantu pembinaan dan penataan pedagang kaki lima tersebut. Menurut Kartono dkk (1980:3-7) pedagang kaki lima mempunyai cirri-ciri a). Merupakan pedagang yang sekaligus sebagai berarti produsen, b). Ada yang menetap pada lokasi tertentu, ada yang bergerak dari tempat yang satu ketempat yang lain (menggunakan pikulan, kereta dorong, tempat atau stan yang tidak permanen serta bongkar pasang), c). Menjajakan bahan makanan, minuman, barang-barang konsumsi lainya yang tahan lama secara eceran, d). Umumnya bermodal kecil, kadang hanya merupakan alat bagi pemilik modal dengan mendapatkan sekedar komisi sebagai imbalan atau jerih payahnya, e). Kualitas barang yang diperdagangkan relatif rendah dan biasanya tidak berstandar, f). Volume peredaran uang tidak seberapa besar, para pembeli umumnya merupakan pembeli yang berdaya beli rendah, g). Usaha berskala kecil bisa merupakan family enterprise, dimana ibu dan anak-anak turut membantu dalam usaha tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, h). Tawar menawar antar pembeli merupakan relasi yang ciri khas, i). Dalam melaksanakan pekerjaanya ada yang secara penuh, sebagian lagi setelah kerja atau pada waktu senggang dan ada pula yang secara musiman, j) Barang yang dijual biasanya convenience goods jarang sekali specialty goods, k). Dan seringkali berada dalam suasana psikologis yang tidak tenang, meliputi perasaan takut kalu tiba-tiba kegiatan mereka dihentikan oleh Tim Penertiban Umum (TIBUM) dan Satpol PP sebagai aparat pemerintah daerah.

 

 

                                                            3

Ciri-ciri yang digambarkan oleh Kartono dkk. tersebut memperlihatkan bahwa pedagang koran

eceran mempunyai keragaman baik dari segi tempat berdagang, skala usaha, permodalan, jumlah tenaga kerja, jenis dagangan, dan lokasi usahanya. Alisyahbana (2005:43-44) berdasarkan penelitianya di

kota pekanbaru elah mengkategorikan pedagang koran ecaran menjadi 4 tipologi. Keempat tipologi tersebut adalah: Pertama pedagang koran eceran murni yang masih bisa dikategorikan PKE, dengan skala modal terbatas, dikerjakan oleh orang yang tidak mempunyai pekerjaan selain pedagang kaki lima, ketrampilan terbatas, tenaga kerja yang bekerja adalah anggota keluarga. Kedua, pedagang koran eceran yang hanya berdagang ketika ada bazar (pasar murah/pasar rakyat, berjualan di Masjid pada hari Jumat, halaman kantor-kantor). Ketiga, pedagang koran ecaran yang sudah melampaui ciri pedagang kaki pertama dan kedua, yakni pedagang kaki lima yang telah mampu mempekerjakan orang lain. Ia mempunyai karyawan, dengan membawa barang daganganya dan peraganya dengan mobil, dan bahkan ada yang mempunyai stan lebih dari satu tempat. Termasuk dalam tipologi ini adalah pedagang kaki lima yang nomaden berpindah-pindah tempat dengan menggunakan mobil bak terbuka. Keempat pedagang koran eceran yang termasuk pengusaha koran eceran . Mereka hanya mengkoordinasikan tenaga kerja yang menjualkan barang-barangnya. Termasuk pedagang koran eceran jenis ini yaitu padagang koran eceranmempunyai lokasi , dimana lokasinya berperan sebagai grosir yang menjual barang daganganya kepada pedagang koran eceran tidak bermodal dan barang yang diambil baru dibayar setelah barang tersebut laku.

Ciri pedagang koran eceran yang juga sangat menonjol adalah bersifat subsistensi. Mereka berdagang hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apa yang diperoleh pada hari ini digunakan sebagai konsumsi hari ini bagi semua anggota keluarganya dengan demikian kemampuan untuk menabung juga rendah. Kondisi ini menyebabkan para pedagang kaki lima menjadi sangat kawatir terhadap berbagai tindakan aparat yang dapat mengganggu kehidupan subsistensinya. Yustika (2001) menggambarkan pedagang kaki lima adalah kelompok masyarakat marjinal dan tidak berdaya. Mereka rata-rata tersisih dari arus kehidupan kota dan bahkan tertelikung oleh kemajuan kota itu sendiri dan tidak terjangkau dan terlindungi oleh hukum, posisi tawar rendah, serta menjadi obyek penertiban dan peralatan kota yang represif

 

2.2. Sejarah Pedagang Koran Eceran(PKE)

Pedagang koran eceran atau yang sering disebut PKE merupakan sebuah komunitas yang kebanyakan berjualan dengan memanfaatkan area pinggir jalan raya untuk mengais rezeki dengan menggelar dagangannya atau gerobaknya di pinggir-pinggir perlintasan jalan raya. Bila melihat sejarah dari permulaan adanya PKE atau pedagang kaki lima sudah ada sejak masa penjajahan Kolonial Belanda. Adapun yang menyebutkan bahwa kata "koran eceran" berasal dari masa penjajahan Belanda. Saat itu Kolonial menetapkan bahwa setiap ruas jalan raya harus menyediakan sarana untuk pengendara, atau sekitar satu setengah meter untuk kaum pedestrian.  Namun setelah Indonesia merdeka, ruas jalan tersebut banyak dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan, sehingga masyarakat mengenalnya dengan nama pedagang emperan, namun menurut sejarahnyalebih tepat disebut pedagang koran eceran

 

 

2.3. Dampak yang Ditimbulkan dengan Adanya Pedagang koran eceran

Munculnya Pe atau yang sering disebut Pedagang koran eceran telah memberikan banyak dampak, baik iyu dampak positif maupun dampak negatif. Dibawah ini akan diuraikan beberapa dampak positif dan negatif.

 

 

 

                                                                        4

2.3.1. Dampak Positif


           
Ditinjau dari sisi positifnya, sektor informal Pedagang Koran eceran merupakan sabuk penyelamat yang menampung kelebihan tenaga kerja yang tidak tertampung dalam sektor formal (Usman, 2006:50), sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. Kehadiran Pedagang koran eceran di ruang kota pekanbaru juga dapat meningkatkan vitalitas bagi kawasan yang ditempatinya serta berperan sebagai penghubung kegiatan antara fungsi pelayanan kota yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, Pedagang koran eceran juga memberikan pelayanan kepada masyarakat yang beraktivitas di sekitar lokasi Pedagang koran eceran, sehingga mereka mendapat pelayanan yang mudah dan cepat untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan

Pada umumnya koran- koran yang diusahakan perusahaan bagi Pedagang koran eceran memiliki harga yang relatif terjangkau oleh pembelinya, dimana pembeli utamanya adalah masyarakat menengah kebawah yang memiliki daya beli yang rendah. Keberadaan Pedagang koran eceran di kota pekanbaru. bisa mempermudah seorang pembeli agar dapat mencari suatu informasi, sehingga keberadaan Pedagang koran eceran banyak menjamur di sudut-sudut kota. Dampak positif lainnya terlihat pula dari segi sosial dan ekonomi, karena sektor informal memiliki karakteristik efesien dan ekonomis. Hal tersebut menurut Sethurahman selaku koordinator penelitian sektor informal yang dilakukan ILO di 8 negara berkembang, karena kemampuan menciptakan surplus bagi investasi dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.


2.3.2
. Dampak Negatif

Sisi Negatif, karakteristik Pedagang koran eceran yang menggunakan lokasi di jalan kota pekanbaru untuk kepentingan umum, terutama di pinggir jalan raya untuk melakukan aktivitasnya yang mengakibatkan mancetnya kendaraan di jalan sehingga menimbulkan meresahkan dan terganggunya aktivitas masyarakat di kota pekanbaru. Tidak tertampungnya kegiatan Pedagang koran eceran di ruang perkotaan, menyebabkan pola dan struktur kota moderen dan tradisional berbaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu tampilan yang kontras. Jalan raya yang ada di kota pekanbaru dengan sederhana bahkan cenderung tidak enak di lihat karna adanya pedagang koran eceran yg membuat jalan raya macet,merusak pemandangan kota pekanbaru dan kebanyakan penjual koran adalah anak di bawah umur. Perlu adanya upaya yang terpadu dari pihak terkait untuk menertibkan Pedagang Koran eceran ini sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi agar jalan dan tertip agar tidak macetnya aktivitas pengendara di kota pekanbaru. Dan menanggulangi dan lebih prihatin terhadap anak anak penjual koran bawah umur

Hal tersebut berakibatkan penurunan ketertiban kota ditunjukkan oleh semakin tidak terkendalinya perkembangan Pedagang koran eceran sehingga seolah-olah semua jalan yang seharusnya jalan yang tidak macet yang strategis maupun tempat-tempat yang strategis merupakan hak edagang koran eceran. Pedagang koran eceran mengambil ruang dimana-mana kendaraan bisa melewati jalan jadi tidak bisa melewati akibat kemacetan ruang di persimpangan jalan , tetapi juga pada ruang yang jelas peruntukkannya secara formal. Pedagang koran eceran secara ilegal berjualan hampir di seleruh jalur perkotaan, ruang terbuka, jalur hijau dan ruang kota lainnya. Alasannya karena aksesbilitasnya yang tinggi sehingga berpotensi besar untuk mendatangkan konsumen juga. Akibatnya adalah kaidah-kaidah penataan ruang menjadi mati oleh pelanggaran-pelanggaran yang terjadi akibat keberadaan Pedagang koran eceran tersebut. Keberadaan Pedagang koran eceran yang tidak terkendali mengakibatkan pengendara motor atau mobil berdesak-desakkan, sehingga dapat menimbulkan tindak kriminal

 

 

                                                                        5

(pencopetan). Mengganggu kegiatan ekonomi pedagang formal karena lokasinya yang cenderung memotong jalur jalan pengendara seperti pinggir jalan . Selain itu, pada beberapa tempat keberadaan Pedagang koran eceran mengganggu para pengendara kendaraan bermotor dan mengganggu kelancaran lalu lintas.  

Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan penataan atau penertiban Pedagang koran eceran adalah kembalinya Pedagang koran eceran yang sudah direlokasi ke tempat semula yang ditertibkan. Oleh pihak yang berwajib(kepolisian) yang mendatangi kembali lokasi yang sudah ditertibkan tersebut terdiri dari Pedagang koran eceranlama yang dulu ditertibkan dan Pedagang koran eceran baru yang memilih lokasi tersebut dalam melaksanakan aktivitasnya.

 Fenomena menjamurnya Pedagang Koran eceran terutama di jalan jalan besar dan strategis terjadi karena :

ü  Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia berdampak pada banyak perusahaan tidak beroperasi lagi seperti sedia kala oleh karena ketidakmampuan perusahaan menutupi biaya operasionalnya sehingga timbul kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini juga memberi kontribusi terhadap peningkatan jumlah pengangguran yang umumnya bermukim di wilayah perkotaan. Demi mempertahankan hidup, orang-orang yang tidak tertampung dalam sektor formal maupun yang terkena dampak PHK tersebut kemudian masuk ke dalam sektor salah satunya adalah menjadi pedagang Kaki Lima . 

ü  Perencanaan ruang tata kota yang hanya terfokus pada ruang-ruang formal saja yang menampung kegiatan formal. Seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan ruang-ruang fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota salah satunya di sektor perdagangan, yaitu Pedagang Koran eceran sebagai kegiatan pendukung (activity support). 

ü  Pertumbuhan penduduk kota yang sangat cepat di Indonesia lebih banyak disebabkan adanya arus urbanisasi dan pembengkakan kota. Keadaan semacam ini menyebabkan kebutuhan lapangan kerja di perkotaan semakin tinggi. Seiring dengan hal tersebut, ternyata sektor formal tidak mampu menyerap seluruh pertambahan angkatan kerja. Akibatnya terjadi kelebihan tenaga kerja yang tidak tertampung, mengalir dan mempercepat tumbuhnya sektor informal. Salah satu bentuk perdagangan informal yang penting adalah Pedagang Koran eceran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6

BAB III

KESIMPULAN

 

Pedagang koran eceran dikategorikan sebagai sektor informal perkotaan yang belum terwadahi dalam rencana kota yang resmi, sehingga tidaklah mengherankan apabila para Pedagang koran eceran di kota manapun selalu menjadi sasaran utama pemerintah kota untuk ditertibkan. Namun, faktanya berbagai bentuk kebijakan dalam rangka menertibkan Pedagang koran eceran yang telah dilakukan oleh pemerintah kota tidak efektif baik dalam mengendalikan Pedagang koran eceran maupun dalam meningkatkan kualitas ruang kota. Harus diakui memang pada saat ini adanya penertiban-penertiban yang dilakukan terhadap Pedagang koran eceran cenderung menimbulkan permasalahan baru seperti pemindahan lokasi usaha Pedagang koran eceran yang justru akan membawa dampak yang dikhawatirkan menurunnya tingkat pendapatan Pedagang tersebut bila dibandingkan dengan di lokasi asal karena lokasinya menjauh dari konsumen.

Dengan demikian, dapat dikatakan adanya persoalan Pedagang koran eceran ini menjadi beban berat yang harus ditanggung pemerintah kota pekanbaru terhadap pengembangan dalam penataan kota. Padahal, bila ditinjau lebih jauh mempunyai kekuatan atau potensi yang besar dalam penggerak roda perekonomian kota sehingga janganlah dipandang sebelah mata bahwa Pedagang koran eceran adalah biang kesemrawutan kota dan harus dilenyapkan dari lingkungan kota, dan perlu dicermati pula bahwa kemacetan tersebut tidak semata karena adanya pedagang koran eceran. Ternyata keberadaan mereka sebenarnya sangat membantu bagi orang yang kelas menengah kebawah, dan harus dipikirkan bersama bagaimana dengan potensi yang dimilikinya tersebut dapat diberdayakan sebagai suatu elemen pendukung aktivitas perekonomian kota. Pembinaan Pedagang koran eceran tampaknya cukup menjanjikan tapi hal tersebut akan sangat sulit untuk dilakukan karena jumlah Pedagang koran eceran yang sangat banyak dan menyebar. Sudah saatnya pemerintah daerah melakukan sebuah terobosan baru yang bersifat win-win solution. Di satu sisi kota bisa terlihat ebih cantik dan di sisi lain Pedagang koran eceranbisa mendapat untung lebih banyak.

 

 

 

 

 

 

 

                                            7